Khamis, 11 April 2013

Perbezaan "Muhrim" & "Mahram"

Perbezaan "Muhrim" & "Mahram"

Ramai orang silap memahami penggunaan perkataan antara muhrim dan mahram. Kadang-kadang mereka mahu mengungkap perkataan muhrim dan mahram tanpa tahu makna sebenarnya dengan jelas. Di sini saya paparkan makna kedua-duanya. 

Apa itu Muhrim ? Muhrim adalah perkataan Arab. Ia membawa maksud orang yang sedang melakukan ihram haji ataupun umrah. Orang ini dilarang melakukan beberapa perkara sepanjang menunaikan kedua-dua ibadat ini sebagaimana yang banyak didperkatakan di dalam kitab-kitab feqah. 

Apa Itu Mahram ? Mahram pula bermaksud orang yang haram berkahwin dengan kita seperti adik kita, emak mertua kita dan lain-lain. Mahram sendiri terbagi menjadi tiga kelompok, yakni mahram karena nasab (keturunan), mahram karena penyusuan, dan mahram mushaharah (kekeluargaan kerena pernikahan). 

Kelompok pertama, yakni mahram karena keturunan, ada tujuh golongan:- 
1. Ibu, nenek dan seterusnya ke atas baik dari jalur laki-laki maupun wanita 
2. Anak perempuan (putri), cucu perempuan dan seterusnya ke bawah baik dari jalur laki-laki maupun wanita 
3. Saudara perempuan sekandung, seayah atau seibu 
4. Saudara perempuan bapak (bibi), saudara perempuan kakek (bibi orang tua) dan seterusnya ke atas baik sekandung, seayah atau seibu 
5. Saudara perempuan ibu (bibi), saudara perempuan nenek (bibi orang tua) dan seterusnya ke atas baik sekandung, seayah atau seibu 
6. Putri saudara perempuan (keponakan) sekandung, seayah atau seibu, cucu perempuannya dan seterusnya ke bawah baik dari jalur laki-laki maupun wanita 
7. Putri saudara laki-laki sekandung, seayah atau seibu (keponakan), cucu perempuannya dan seterusnya ke bawah baik dari jalur laki-laki maupun wanita 

Kelompok kedua, juga berjumlah tujuh golongan, sama dengan mahram yang telah disebutkan pada nasab, hanya saja di sini sebabnya adalah penyusuan. Dua di antaranya telah disebutkan Allah subhanahu wa ta’ala: وَأُمَّهَاتُكُمُ الاَّتِي أَرْضَعْنَكُمْ وَأَخَوَاتُكُم مِّنَ الرَّضَاعَةِ 
Dan (diharamkan atas kalian) ibu-ibu kalian yang telah menyusukan kalian dan saudara-saudara perempuan kalian dari penyusuan.” (An-Nisa 23) 

Ayat ini menunjukkan bahwa seorang wanita yang menyusui seorang anak menjadi mahram bagi anak susuannya, padahal air susu itu bukan miliknya melainkan milik suami yang telah menggaulinya sehingga memproduksi air susu. Ini menunjukkan secara tanbih bahwa suaminya menjadi mahram bagi anak susuan tersebut . Kemudian penyebutan saudara susuan secara mutlak, berarti termasuk anak kandung dari ibu susu, anak kandung dari ayah susu, serta dua anak yang disusui oleh wanita yang sama. keduanya menunjukkan tersebarnya hubungan mahram dari pihak ibu dan ayah susu sebagaimana tersebarnya pada kerabat (nasab). Maka ibu dari ibu dan bapak (orang tua) susu misalnya, adalah mahram sebagai nenek karena susuan dan seterusnya ke atas sebagaimana pada nasab. Anak dari orang tua susu adalah mahram sebagai saudara karena susuan, kemudian cucu dari orang tua susu adalah mahram sebagai anak saudara (keponakan) karena susuan. 

Adapun dari pihak anak yang menyusu, maka hubungan mahram itu terbatas pada jalur anak keturunannya saja. Maka seluruh anak keturunan dia, berupa anak, cucu dan seterusnya ke bawah adalah mahram bagi ayah dan ibu susunya. 

Adapun kelompok ketiga, jumlahnya 4 golongan, sebagai berikut: 
1. Istri bapak (ibu tiri), istri kakek dan seterusnya ke atas berdasarkan surat An-Nisa ayat 23. 
2. Istri anak, istri cucu dan seterusnya ke bawah berdasarkan An-Nisa: 23. 
3. Ibu mertua, ibunya dan seterusnya ke atas berdasarkan An-Nisa: 23. 
4. Anak perempuan istri dari suami lain (rabibah) , cucu perempuan istri baik dari keturunan rabibah maupun dari keturunan rabib. 

Dengan penjelasan ini diharapkan masyarakat kita akan faham apa itu muhrim dan apa itu mahram. Mohon maaf sekiranya ada salah kata maupun hukum, saya hanyalah insan yang daif dan masih belajar. Wassalam..

Ahad, 7 April 2013



Sabda Rasulullah SAW ketika menggali parit dalam peperangan Khandaq, "...Konstantinopel (kini Istanbul) akan jatuh ke tangan tentera Islam. Rajanya adalah sebaik-baik raja, tenteranya adalah sebaik-baik tentera..." (Hadis riwayat Imam Ahmad) 

Umat Islam berlumba-lumba membebaskan Konstantinopel untuk mendapatkan penghormatan yang dijanjikan oleh Allah SWT dalam hadis tersebut. Walau bagaimanapun, kesemua kempen yang dilancarkan menemui kegagalan. Di antaranya, lima kempen di zaman Kerajaan Umaiyyah, satu kempen di zaman Kerajaan Abbasiyyah dan dua kempen di zaman Kerajaan Uthmaniyyah. Dalam salah sebuah kempen semasa zaman Kerajaan Umaiyyah, seorang sahabat Nabi SAW iaitu Abu Ayyub Al-Ansary RA telah syahid dan dimakamkan di bawah dinding kubu Kota Constantinople di atas wasiatnya sendiri. 

Apabila ditanya kenapa beliau ingin dimakamkan di situ maka beliau menjawab, "Aku ingin mendengar derapan tapak kaki kuda sebaik-baik raja yang akan mengetuai sebaik-baik tentera semasa mereka membebaskan Konstantinopel". Begitulah teguhnya iman seorang sahabat besar Nabi SAW. Hadis Nabi SAW ini direalisasikan hampir 800 tahun kemudiannya oleh Sultan Muhammad Al-Fateh, khalifah ke-7 Kerajaan Uthmaniyyah dengan 150,000 orang tenteranya.